Skip links

5 Tips Unik Menulis Konten Menjual

Ekspansi pemasaran melalui digital marketing membutuhkan konten menjual untuk menarik minat konsumen. Artikel bukan sekadar bacaan persuasif, melainkan juga relevan dan mewakili produk atau jasa secara keseluruhan.

Table of Contents

Pemasaran digital merupakan strategi untuk memperluas jangkauan pasar. Salah satu yang perlu diterapkan agar suatu struktur promosi secara online berjalan maksimal ialah menulis konten menjual.

Sebelum menulis konten menjual, Anda perlu mengidentifikasi selera konsumen. Biasanya dibuat segmentasi demografis berdasarkan jenis kelamin, usia serta pekerjaan guna menentukan topik relevan.

Selanjutnya yakni tentukan mengenai angle kepenulisan supaya memudahkan dalam menentukan alur pembicaraan.

Untuk lebih jelasnya, Crooud akan membagikan rahasia menulis konten menjual supaya mendatangkan audiens sekaligus traffic tinggi. Simak ulasannya berikut ini!

1. Pemasaran langsung vs Pemasaran tidak langsung

Pada dasarnya konten menjual harus memikirkan teknik advertorial content, antara lain hard selling dan soft selling.

Kendati fungsi utamanya agar dibaca oleh calon konsumen, namun hindari kalimat promosi gencar. Bacaan dibuat semenarik mungkin, sehingga audiens bisa perlahan-lahan berlangganan situs.

Pemasaran melalui konten menjual dapat membangun citra merek serta produk.

Banyaknya pembaca dan kunjungan pada laman memungkinkan perusahaan membangun relasi lebih luas.

Oleh sebab itu, ada 4 poin penting yang perlu dicatat ketika akan menulis content, yaitu:

Poin 1: Buat judul menarik didukung oleh gambar

Judul clickbait memang mengundang rasa penasaran audiens.

Namun yang terpenting harus relevan dengan isi, terutama berkaitan erat terhadap produk yang dipasarkan.

Pada bagian ini bubuhkan kata kunci utama agar mesin pencari dapat mendeteksi konten. Di samping itu, sertakan gambar menarik.

Poin 2: Bangun hubungan dengan calon konsumen

Tujuan dari adanya konten menjual ialah memberikan informasi menarik sekaligus mempromosikan produk.

Oleh sebab itu, hindari memborbardir artikel melalui kalimat promosi terus menerus.

Penting membangun hubungan dengan calon konsumen secara perlahan-lahan, melalui proses, kuat serta terikat.

Poin 3: Konten tepat sasaran

Konten menjual hard maupun soft selling membutuhkan bahasa yang menggiring audiens pada produk.

Kalimat terlalu basa-basi justru akan membosankan dan tidak dapat menyampaikan pesan dari bacaan itu sendiri.

Maka usahakan berhati-hati dalam setiap pemilihan kata agar tepat sasaran.

Poin 4: Ketahui selera pasar

Sebuah konten menjual membutuhkan riset pangsa pasar terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengetahui selera calon konsumen, sehingga bisa menyajikan artikel sesuai kebutuhan.

Caranya yakni melalui uji coba atau membuat strategi, mulai dari question and answer, menyusun daftar kompetitor, hingga up to date dengan hal baru.

Konten menjual langsung mengarah pada tindakan. Dengan menggunakan kalimat call to action (CTA), hasil yang diharapkan adalah terjadinya transaksi penjualan.

Oleh sebab itu, susunan kata biasanya bebas dari informasi lain, tulisan pendek, bersifat persuasif, menggiring emosi serta fokus audiens kepada produk.

2. Pahami sifat dan karakter calon konsumen

Langkah selanjutnya dalam proses pembuatan konten menjual ialah menentukan target pelanggan. Calon konsumen yang diprospek lebih dari sekadar audiens. Maka dari itu, penting mencermati kembali alasan mereka memilih produk atau jasa yang ditawarkan.

Contohnya, jika target sebuah produk adalah wanita, berprofesi sebagai guru dengan rentang usia 25 hingga 40 tahun. Kemudian karakter menonjolnya ialah menyukai anak-anak, gemar membaca dan berbicara serta telaten. Agar konten semakin tepat sasaran, bisa juga disertai informasi mengenai jadwal kerja.

Setelah mengetahui semuanya, berlanjut pada tentang gaya hidup, kebutuhan dan keinginan mereka. Dengan melakukan pendataan secara detail, maka konten bisa disesuaikan guna menarik untuk dibaca hingga berlanjut ke tahap jual beli.

3. Menawarkan produk yang tidak dimiliki oleh pesaing

Menawarkan produk tanpa strategi sama halnya melemparkan ke tengah lautan. Tentu tidak akan kembali dan hanya membuang waktu serta tenaga saja, bukan?

Sebelum masuk pada proses menulis konten, lebih baik menyusun strategi terlebih dahulu. Sebab Anda memiliki pesaing, carilah keunikan dari produk atau jasa yang dipromosikan. Kemudian yakinkan mereka bahwa poin tersebut adalah suatu keunggulan.

Sempatkan waktu untuk mempelajari produk pesaing. Buatlah daftar pertanyaan yang meliputi, keunggulan, alasan pembeli memilih, kekurangan, keunikan hingga tingkat kepuasan konsumen.

Lebih mudahnya yakni membaca review pelanggan di berbagai marketplace atau situs jual beli, seperti Amazon, Shopee, Tokopedia dan lain sebagainya.

Dengan memahami produk pesaing dan pendapat dari pembeli, Anda akan menemukan bagian tertentu yang perlu dikembangkan kembali menjadi sebuah inovasi.

Ini merupakan kesempatan untuk melahirkan konten menjual sesuai kebutuhan serta keinginan calon konsumen.

4. Konten berkarakter

Sudah pernah mendengar tentang tone of voice? Ini merupakan gaya bahasa atau karakter yang digunakan pada setiap konten, sehingga memiliki ciri khas tertentu.

Biasanya disesuaikan dengan jenis produk guna memberikan kesan berbeda terhadap pembaca.

Konten pemasaran merupakan tonggak utama perusahaan untuk membangun hubungan baik dengan calon konsumen. Tone of voice yang tepat dapat membentuk kepercayaan dan branding dari suatu produk.

Analoginya, ketika membaca sebuah novel, pembaca terkadang dihadapkan pada dialog bahasa santai, lucu serta ringan. Maka yang terbayang ialah karakter humoris serta supel. Sementara tokoh lain menggunakan kalimat baku atau datar, sehingga dalam pikiran adalah seorang yang serius.

Misalnya saja seperti perbandingan dua tone of voice di bawah ini:

Tone 1 – Selimut yang mewah dan hangat ini membuat Anda tetap nyaman sepanjang malam. Terbuat dari wol domba Australia asli yang tentunya berkualitas.

Tone 2 – Kedinginan sepanjang malam? Oh, nggak lagi dong! Coba deh selimut hangat dan nyaman dari wol domba Australia asli ini. Lembut banget, bikin kamu betah rebahan semalaman.

Dari dua tone di atas dapat disimpulkan bahwa informasi yang disampaikan sama. Begitu pula dengan tujuannya. Namun gaya bahasa penulisan berbeda. Kendati demikian, masing-masing memiliki pasar tersendiri.

Sebagai penulis, tentukan terlebih dahulu citra yang ingin dibangun atas merek atau produk. Kemudian sesuaikan tone of voice dan gunakan secara konsisten agar konten yang ditulis menjual.

5. Konten jelas dan to the point

Menurut survei, konten pemasaran hanya dibaca sebesar 16 persen saja. Sementara informasi selanjutnya diabaikan karena terlalu menembak pada promosi gencar.

Belajar dari hal tersebut, jika ingin konten menjual dan membuat audiens betah membaca hingga akhir buatlah pembahasan yang mudah dimengerti. Pastikan untuk menggiring calon konsumen secara perlahan pada produk.

Sebelum memutuskan diunggah, teliti semua kata kunci di dalam konten. Gunakan heading, subheading, bullet point atau urutan angka agar penjelasan lebih sistematis. Jika diperlukan, sisipkan infografis atau video supaya membuatnya semakin menarik.

Kesimpulan

Menulis konten menjual membutuhkan kemampuan teknis mumpuni. Di samping itu juga sesuaikan dengan produk atau jasa yang akan ditawarkan kepada calon konsumen. Imbangi bersama gaya atau karakter yang dibangun pada setiap tulisan sebagai daya tarik tambahan.

Leave a comment